Sementara itu, PT PBP progresnya terbilang belum terlalu menggembirakan karena juga menghadapi beberapa persoalan di lapangan, termasuk pembebasan lahan.
Komitmen Perusahaan Tambang
Lantas bagaimana dengan komitmen investor? Ridony Gurning, Dirut PT SAS, sebuah perusahaan tambang batu bara yang kini sedang membangun jalan khusus, mengaku masih memegang komitmen untuk menyelesaikan jalur logistik mereka sepanjang 108 kilometer dari Sarolangun hingga ke Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS).
Memang sempat ada beberapa faktor dan kendala di masa lalu sejak mengantongi izin tahun 2015, namun di masa manajemen yang sekarang, infrastktur jalan khusus PT SAS terus menunjukkan progres yang signifikan.
“Pada prinsipnya, kita tetap pada komitmen membuat jalur logistik demi keberlangsungan bisnis ini,” kata Ridony.
Diakuinya memang tak semua perusahaan tambang berani membangun jalurnya sendiri, namun PT SAS tak ingin terus ‘menumpang’ di jalur publik, menjadi saingan angkutan lain yang membawa hasil pertanian, peternakan, perkebunan.
“Kita tak ingin menganggu angkutan yang lain, yang lain harus bayar mahal gara-gara kita, itu tentu tidak boleh,” lanjutnya.
Penyelesaian jalan khusus pasti akan memberi dampak dari sisi bisnis karena terkait dengan kemampuan perusahaan meningkatkan target produksi.
Namun dampak domino lain tak bisa pula diabaikan, mulai dari kenaikan pendapatan daerah bersumber dari DBH maupun pajak, hingga peluang kerja bagi masyarakat dan peluang usaha/investasi di sektor terkait lainnya.
Disinggung soal isu lingkungan yang sempat mendera PT SAS di kawasan Aur Kenali. Ridony memastikan semua telah dirancang sedemikian rupa dengan rekayasa teknologi terbaik.
Salah satunya proses crushing batu bara, sebagai sumber utama debu dan kebisingan, ditiadakan di lokasi TUKS PT SAS.
“Kita lakukan (crushing) di tempat dimana masyarakat tidak ada, di area tambang sana, kalau mau ini (jalan khusus) terwujud, ya pasti kita lakukan segalanya (antisipiasi dampak lingkungan),” lanjut Ridony.