Sekolah Rakyat 11 Cisarua Bandung Barat Hadirkan Kesempatan Kedua bagi Anak Putus Sekolah di Tanah Air

Photo Author
- Jumat, 19 Desember 2025 | 20:26 WIB
Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 11 di Cisarua, Bandung Barat. (Dok. Kementerian PU)
Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 11 di Cisarua, Bandung Barat. (Dok. Kementerian PU)

Baca Juga: Warga Desa di Bireuen Aceh Bertaruh Nyawa usai Bencana, Lintasi Derasnya Arus Sungai dengan Tali dan Sebatang Bambu

Menteri PU, Dody Hanggodo menjelaskan, pembangunan sekolah rakyat ini merupakan langkah pemerintah untuk menghadirkan pendidikan yang layak dan merata hingga ke daerah-daerah yang sulit menjangkau sekolah formal.

Sejak resmi beroperasi pada Oktober 2025 lalu, SRMP 11 Bandung Barat langsung menjadi rumah kedua bagi 100 siswa dari keluarga kurang mampu.

Mereka tinggal, belajar, dan dibimbing oleh 33 tenaga pendidik dalam sistem boarding school yang terstruktur.

3 Kurikulum Khusus untuk Siswa

Baca Juga: Cerita Influencer saat Beli Cabe di Aceh Takengon dengan Harga Medan, Tawarkan Rp100 Ribu per Kilo

Wakil Kepala Sekolah, Deni Hermawan menjelaskan, SRMP 11 menggunakan tiga kurikulum yang dirancang khusus untuk kondisi peserta didiknya.

Kurikulum Persiapan (3 bulan), dilaksanakan pada Juli–September, fokusnya mengembalikan motivasi belajar.

Sekitar 80 persen siswa sebelumnya tidak bersekolah atau sudah bekerja, sehingga tahap ini penting untuk membentuk kembali dasar kompetensi dan karakter.

Selanjutnya, terdapat kurikulum Inti yang dimulai Oktober, mengikuti Kurikulum Nasional. Pembelajaran dan asesmen berlangsung layaknya sekolah reguler.

Baca Juga: Sumbangkan Medali Emas SEA Games 2025 untuk Korban Bencana di Sumut, Petenis Justin Barki: Ini Mimpi Saya

Terakhir, yakni kurikulum keasramaan. Sebagai sekolah berasrama, pembinaan karakter dilakukan sejak sore hingga malam.

Jika guru bertugas dari pukul 07.00 sampai 16.00, maka asisten asrama melanjutkan pembinaan hingga pukul 21.00, yang dimulai dari kegiatan harian, kedisiplinan, hingga ibadah berjemaah.

“Kami juga menerapkan sistem multi entry–multi exit bagi anak-anak lulusan SD dua sampai tiga tahun sebelumnya yang belum pernah melanjutkan sekolah," tutur Deni.

"Mereka tetap masuk kelas VII, namun didampingi sesuai kemampuan masing-masing,” tambahnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Alisya Novira

Tags

Rekomendasi

Terkini

X