Al Haris, Bapak Infrastruktur Jambi

Photo Author
- Senin, 7 Oktober 2024 | 19:20 WIB
Al Haris dan Abdullah Sani (istimewa)
Al Haris dan Abdullah Sani (istimewa)

LANGITVIRAL.COM - Sebagai pejalan yang sering menempuh perjalanan ke berbagai Desa, entah ke Batin Pengambang, desa-desa yang terletak di Kecamatan Batang Asai (Sarolangun), Ke Kumpeh (dahulu dikenal Kumpeh Ilir, Muara Jambi), ke Senyerang (Tanjabbar), saya merasakan betul.

Hancurnya jalan-jalan yang ditempuh. Suasana itu dirasakan hingga menjelang akhir tahun 2020.

Ke Batang Asai jangan ditanyakan. Rasanya tidak mungkin melewati jalan yang akan ditempuh.

Tahun 2014, harus menggunakan mobil double gardan. Itupun harus terbang-terbang. Memacu agar tidak terjebak di tengah lubang yang menganga.

Baca Juga: Menyelami Kasus Meninggalnya Karyawan EY, Inilah Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan Akibat Kerja yang Berlebihan

Belum lagi harus berhenti. Membantu mobil yang terjebak ditengah-tengah lubang. Tali wing kemudian harus dikeluarkan. Membantu agar mobil dapat keluar dari lubang.

Tahun 2017, jalan ke Senyerang Sangat menyedihkan. Baru lewat saja LP Teluk Nilau, rasanya mau menangis. Entah berapa kali motor harus didorong.

Cerita jalan Kumpeh paling menyedihkan. Hampir 20 tahun jalan ini tidak pernah disentuh.

Jangankan ke Tanjung (Ibukota Kecamatan Kumpeh), baru lewat saja Muara Kumpeh didepan kantor Kecamatan Kumpeh Ulu, selewat dari Simpang Pelabuhan, lubang-lubang begitu menganga. Terus sampai ke Pudak.

Baca Juga: Jalur Venue Berlumpur hingga Terlambatnya Konsumsi Dapat Nilai 8 dari Menpora, Ini Sederet Kekurangan PON 2024 Untuk Dijadikan Pelajaran

Setelah itu didepan Kota Karang, Depan SD, kendaraan harus pelan-pelan. Menghindari lubang-lubang yang dalam. Dan itu praktis hingga Arang-arang.

Baru melewati Kantor Desa Arang-arang, kembali kita kendaraan harus mencari jalan. Supir harus lincah mengatur kendaraannya.

Menjelang Pemunduran, setelah SD, lubang-lubang dalam kembali mengintai. Dan itu menjadi tempat “paling keramat”. Hampir praktis rutinitas mobil-mobil kembali tenggelam. Dan membuat macet hingga berjam-jam.

Sedikit menikmati jalan yang aspal mengelupas di sekitar Puding, kembali hancur memasuki Pematang Raman. Belum lagi jembatan yang begitu tinggi. Kalaupun mobil sedan harus siap-siap “grassreck”. Gesekan bawah kendaraan dengan ujung jembatan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Putra Kenza

Tags

Rekomendasi

Terkini

X