Thomas menjelaskan bahwa berdasarkan kesaksian warga dan data sensor BMKG Cirebon, pada pukul 18:39:12 WIB terdeteksi adanya getaran yang kemungkinan disebabkan oleh gelombang kejut dari meteor saat memasuki atmosfer.
“Meteor jatuh di Laut Jawa,” tambahnya.
3. Bukan dari Fenomena Hujan Meteor Draconid
Thomas menegaskan, meteor yang melintas di langit Cirebon bukan bagian dari hujan meteor Draconid, meskipun fenomena tersebut memang sedang terjadi pada 5-8 Oktober 2025.
Baca Juga: Membedah Syarat Baru Dapur MBG: Sertifikasi Kebersihan, Keamanan Pangan hingga Jaminan Halal
“Karena ini ukuran cukup besar sehingga menimbulkan gelombang kejut,” katanya.
Sebagai informasi, hujan meteor Draconid berasal dari puing-puing komet 21P Giacobini-Zinner yang terbakar di atmosfer Bumi.
Hujan meteor ini biasanya terlihat dari arah rasi bintang Draco dan menghasilkan hingga 10 meteor per jam.
Namun, karakteristik meteor di Cirebon menunjukkan skala yang jauh lebih besar dan tunggal, bukan serpihan kecil seperti hujan meteor pada umumnya.
Baca Juga: Dari DPR hingga Kabinet: Subsidi LPG 3 Kg Jadi Perdebatan Misbakhun, Bahlil, dan Purbaya
4. BMKG Kertajati Kumpulkan Data Tambahan
Sementara itu, BMKG Stasiun Kertajati masih melakukan penelusuran untuk memastikan sumber dentuman keras tersebut.
Kepala Tim Kerja Prakiraan, Data, dan Informasi BMKG Kertajati, Muhammad Syifaul Fuad, menjelaskan bahwa suara dentuman dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti petir, gempa, atau longsor. Namun, kondisi cuaca saat kejadian dinyatakan cerah berawan.
“Biasanya suara ledakan atau getaran bisa muncul dari awan konvektif akibat sambaran petir. Berdasarkan citra satelit, tidak ada indikasi awan konvektif di sekitar wilayah Cirebon saat kejadian,” kata Fuad.