Hal itu, kata Tetty dilakukan karena sekolah masih menunggu izin dari orang tua siswa untuk bisa kembali melakukan KBM secara luring atau tatap muka.
“Masih kita pantau juga dan kita pastikan dengan orang tuanya apakah sudah boleh ambil PJJ atau boleh hybrid. Jadi harus kami pastikan orang tuanya menyetujui,” ujar Tetty kepada awak media di Kantor Wali Kota Jakarta Utara, Sabtu, 15 November 2025.
“Apapun yang terjadi, kita belum bisa memastikan mereka harus seluruhnya belajarnya luring (langsung),” imbuh Tetty.
Mengenai kekhawatiran atas insiden yang terjadi, Tetty mengakui masih ada keresahan yang dirasakan oleh orang tua siswa.
Baca Juga: Rp3,5 Triliun Kembali ke Kantong Negara usai Ada K/L yang Diklaim Nyerah Habiskan Belanja
“Orang tua murid yang terutama memberikan restu karena mereka juga kan masih takut-takut, jangan-jangan ada kejadian lagi,” tuturnya.
Insiden Ledakan di SMAN 72 Jakarta
Ledakan di SMAN 72 Jakarta terjadi pada Jumat, 7 November 2025 ketika para siswa dan staf pendidik sedang menjalankan salat Jumat di masjid sekolah.
Akibat kejadian tersebut, setidaknya ada 96 orang yang menjadi korban, dengan rincian 67 korban mengalami luka ringan, 26 luka sedang, dan 3 orang luka berat.
Dalam penyelidikan yang dilakukan oleh Polda Metro Jaya, terungkap ada 7 bom yang ditemukan di area SMAN 72 Jakarta saat kejadian.
“Total ada 7 buah bom, di TKP satu, dua bom sudah meledak dengan aktivasi receiver yang dikendalikan dengan remote control yang remote-nya kami temukan di taman baca,” kata Dansat Brimob Polda Metro Jaya Kombes Henik Maryanto dalam keterangannya pada 11 November 2025 lalu.
“Kemudian di TKP kedua, ada 2 bom sumbu bakar dengan casing pipa, kondisi sudah meledak, namun tidak sempurna dan 2 bom dengan casing pipa logam, kondisi masih aktif,” tambahnya.
Satu bom lainnya ditemukan dengan casing kaleng minuman dan masih aktif.