Diumumkan Menkeu Sri Mulyani, Segini Realisasi Penerimaan Negara Hingga Akhir Mei 2023

LANGITVIRAL.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengumumkan bahwa penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 telah menunjukkan pertumbuhan positif hingga akhir Mei.

Meskipun pertumbuhan pajak melandai, penerimaan negara masih berada di jalur yang baik.

Dalam konferensi pers APBN Kita edisi Juni 2023 yang dilakukan secara daring, Menkeu menyampaikan bahwa penerimaan pajak hingga akhir Mei mencapai Rp 830,29 triliun atau 48,33 persen dari target pajak tahun ini.

Meskipun pertumbuhannya tidak sekuat tahun sebelumnya, penerimaan pajak masih menunjukkan pertumbuhan kumulatif yang positif.

PPh 21 memberikan sumbangan sebesar 11,1 persen terhadap total penerimaan negara dengan pertumbuhan kumulatif sebesar 16,7 persen.

Baca Juga: Mengungkap Fakta tentang Vitamin U: Apakah Benar-Benar Ada?

Menkeu mengungkapkan bahwa hal ini mengindikasikan adanya peningkatan tingkat upah dan stabilitas sektor tenaga kerja formal.

Kontribusi PPh badan terhadap total penerimaan pajak adalah 28,7 persen, dengan pertumbuhan kumulatif sebesar 24,8 persen.

Selain itu, sektor-sektor lain juga memberikan kontribusi positif. PPN dalam negeri tumbuh 32,5 persen, PPN impor tumbuh 4,4 persen, PPH orang pribadi tumbuh 6,9 persen, dan PPH 22 impor tumbuh tipis sebesar 0,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Menkeu menjelaskan bahwa meskipun terjadi perlambatan ekonomi, dampaknya pada penerimaan pajak masih tergolong positif.

Beberapa sektor yang tumbuh dengan baik antara lain industri pengolahan, sektor perdagangan, pertambangan, jasa keuangan, transportasi dan pergudangan, serta konstruksi dan real estate.

Baca Juga: Tingkatkan Kebugaran Anda dengan Vitamin Vital

Selain penerimaan pajak, penerimaan negara dari sektor bea dan cukai juga menjadi perhatian. Hingga akhir Mei 2023, penerimaan bea dan cukai mencapai Rp 118,36 triliun atau 39,04 persen dari target tahun ini.

Namun, penerimaan dari sektor ini mengalami pertumbuhan negatif sebesar 15,64 persen akibat koreksi harga komoditas yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan global.