LANGITVIRAL.COM - Penembakan terulang kembali di Amerika Serikat. Kali ini terjadi di sebuah klub malam yang berada di Kota Gary negara bagian Indiana yang menyebabkan 2 orang tewas dan 4 lainnya luka-luka.
Dikutip dari FNA, polisi Kota Gary mengumumkan bahwa penembakan itu terjadi pada pukul 2 dini hari waktu setempat, Senin 13 Juni 2022 WIB.
Amerika Serikat (AS) sedang menghadapi gelombang kekerasan, penyanderaan dan serangan bersenjata. Ribuan orang terbunuh atau terluka setiap tahun dalam penembakan di seluruh Amerika Serikat.
Menurut laporan resmi, ada sekitar 300 juta senjata api di Amerika Serikat. Ini berarti hampir ada satu senjata per orang di negara ini.
BACA JUGA: Boyong Bernado Silva, Segini Uang yang Harus Dikeluarkan Barcelona
Kebebasan membawa senjata di Amerika Serikat setiap hari mengarah pada kekerasan terkait penembakan di seluruh negeri. Banyak di antaranya berujung pada kematian, tetapi lobi senjata di Amerika Serikat begitu kuat sehingga Kongres sejauh ini menolak mengambil tindakan untuk membatasi orang membawa senjata.
Maraknya kekerasan di negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat, telah menempatkan banyak warganya, terutama anak-anak dan para siswa sekolah, dalam bahaya, dan ini mengkhawatirkan tetangga AS, terutama Kanada.
Menurut jajak pendapat publik yang dilakukan oleh Departemen Keamanan Publik Kanada, 47% orang Kanada percaya bahwa kekerasan senjata merupakan ancaman bagi komunitas mereka.
Ketika kekerasan senjata di AS meningkat, kekhawatiran itu juga berkembang di negara tetangga AS. Pemerintah Kanada telah memperkenalkan undang-undang yang akan menghentikan penjualan senjata dan menjual mainan yang mirip dengan senjata api.
BACA JUGA : Lagi Berduka Kehilangan Eril, Nabila Ishma Malah Dihujat Netizen
RUU tersebut dimaksudkan agar dilaksanakan dengan tujuan menghentikan aksi jual beli senjata api sebagai bagian dari rencana pengendalian kepemilikan senjata, serta melarang penjualan beberapa mainan yang menyerupai senjata.
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan langkah-langkah baru itu diperlukan karena kekerasan senjata meningkat.
RUU baru itu diperkenalkan oleh pemerintah Kanada setelah beberapa sekolah di Kanada dikarantina dan ditutup beberapa hari lalu setelah diancam akan ditembak.
Pemerintah Kanada memperketat persyaratan hukum untuk pembelian senjata secara legal beberapa minggu lalu. Di bawah aturan baru, semua perusahaan, antara lain, harus mendaftarkan inventaris dan penjualan senjata api.
BACA JUGA: Ternyata Sejak Dulu Ini Donatur Khalifahtul Muslim di Indonesia
Begitu juga dengan jajak pendapat tahun 2021 yang dilakukan oleh Leger and Association for Canadian Studies menemukan bahwa sekitar 66 persen orang Kanada menentang undang-undang senjata, 10 persen setuju dengan undang-undang yang lebih fleksibel, dan 19 persen mendukung undang-undang senjata.
“Kita hanya perlu melihat perbatasan selatan kita untuk menyadari bahwa jika kita tidak bertindak tegas dan cepat, keadaan akan semakin buruk, dan akan semakin sulit untuk ditangani,” kata Justin Trudeau, Perdana Menteri Kanada.
Tindakan Kanada itu terjadi saat 21 orang tewas dan terluka dalam penembakan di sebuah sekolah di Texas pekan lalu, 19 di antaranya adalah anak-anak dan siswa serta dua guru.
Insiden tersebut merupakan penembakan yang keberapa kalinya di sekolah-sekolah AS dalam beberapa bulan terakhir yang menyebabkan ribuan orang Amerika memprotes di depan konvensi Asosiasi Nasional Senjata sebagai protes atas situasi saat ini.
BACA JUGA : Pencinta Kopi, Lihat Nihh Dampak dari Kebanyakan Ngopi
Para pengunjuk rasa yang memrotes aturan membawa senjata tanpa alasan di Amerika Serikat meneriakkan slogan-slogan menentang lobi-lobi senjata di Amerika Serikat dan menyerukan kontrol senjata di negara ini. “Lebih mudah membeli senjata di Amerika Serikat daripada membeli hewan peliharaan,” kata Senator Demokrat Chris Moffy.
Menurut para peneliti di Boston College School of Human Development (Lynch School), membawa pistol di antara orang Amerika berusia 12 hingga 18 tahun meningkat 41 persen dari 2002 hingga 2019. Sebuah isu yang telah menimbulkan kekhawatiran bahkan di kalangan pejabat AS.(*)