Kenali Gejala dan Pengobatan Usus Buntu

Photo Author
- Selasa, 6 September 2022 | 14:13 WIB

oleh:

- Dr dr Ivan K Bassar SpB (Dosen Spesialis Bedah FKIK Unja)

- Adithya, Safira, Fiddin, Maulina, Rafi, Selia, Agung (Mahasiswa FKIK Unja)

Pendahuluan

Appendisitis atau yang sering disebut usus buntu adalah merupakan peradangan yang terjadi pada organ Appendix.

Appendix merupakan organ yang berbentuk seperti kantong dengan Panjang kurang lebih 5-10 cm yang terletak pada pangkal usus besar yang berada di perut kanan bawah.

Apendisitis sendiri umumnya banyak terjadi pada kalangan usia muda, yaitu diantara usia 20-30 tahun.

Tapi tidak menutup kemungkinan apendisitis terjadi pada anak-anak.

BACA JUGA: Siap Sukseskan Rangkaian Acara G20 di Belitung, Telkomsel Hadirkan Produk dan Layanan Jaringan Terdepan

Biasanya jika apendisitis terjadi pada anak-anak apendisitis cenderung sudah perforasi (apendiksnya sudah terbentuk lobang sehingga apendiksnya pecah dan bernanah).

Faktor Penyebab

Penyebab terjadinya apendisitis bisa disebabkan karena adanya hambatan di pintu rongga usus buntu akibat penumpukan feses atau tinja yang mengeras.

Selain itu apendisitis bisa disebabkan oleh karena adanya penyumbatan pada apendiks (bisa sumbatan yang disebabkan oleh cacing, bekuan darah, atau adanya tumor) selain itu apendisistis juga dapat disebabkan oleh infeksi bakteri.

Gejala Penyakit

Gejala yang biasanya timbul pada penderita apendisitis antara lain adalah sakit perut.

Mulanya sakit perut ini hanya sakit perut ringan saja, namun lama kelamaan sakit akan memberat.

Awalnya sakit perut akan dirasakan terutama pada bagian ulu hati namun setelah kurang lebih 4-6 jam sakit akan berpindah dan berpusat pada perut bagian kanan bawah.

Selain sakit perut, biasanya seseorang yang menderita apendisitis atau usus buntu akan mengalami mual dan muntah ringan.

Selain itu, nafsu makan seseorang yang menderita apendisitis akan mengalami penurunan.

Pada anak-anak biasanya keluhan disertai dengan diare. Biasanya juga seseorang yang menderita apendisitis atau usus buntu akan mengalami demam.

Namun, demam tidak akan terlalu tinggi dengan suhu antara 37,5 - 38,5 derajat. Namun apabila suhu tubuh sudah lebih dari 38,5 mungkin apendisitis sudah berada pada fase perforasi.

Pengobatan

Untuk pengobatan dari apendisitis sendiri, pada beberapa kasus usus buntu yang ringan, pasien dapat sembuh hanya dengan pemberian antibiotik sehingga operasi tidak perlu dilakukan.

Namun jika sudah  apendisitis berat atau khususnya yang sudah perforasi biasanya akan disarankan untuk melakukan tindakan operasi yang disebut apendiktomi.

Apendiktomi merupakan tindakan operasi yang dilakukan untuk membuang organ apendiks dari tubuh.

Pengangkatan usus buntu atau apendiks di sistem pencernaan tidak akan menyebabkan masalah jangka panjang, karena usus buntu juga tidak berperan penting pada orang dewasa.

Perlu diketahui, hingga saat ini penyakit usus buntu atau apendisitis belum dapat diobati dengan pengobatan herbal apa pun.

Oleh sebab itu, daripada mencari pengobatan yang belum pasti benar, lebih baik mencari pertolongan medis guna menghindari terjadinya komplikasi dari radang usus buntu.

BACA JUGA: Mahkamah Konstitusi Tolak Seluruh Gugatan Uji Materiil UU Pers, Dewan Pers Menang

Penyakit usus buntu yang tidak diobati berisiko menimbulkan komplikasi yang berbahaya, antara lain : peritonitis, yaitu infeksi di lapisan dalam perut atau peritoneum.

Kondisi ini ditandai dengan nyeri hebat yang terus menerus di seluruh bagian perut, demam, dan detak jantung yang cepat.

Peritonitis dapat terjadi ketika usus buntu pecah dan infeksi menyebar hingga ke seluruh rongga perut.

Peritonitis yang tidak segera ditangani bisa menyebabkan kematian.

BACA JUGA:  Sah, Mabes Polri Jatuhkan Sanksi PTDH ke Mantan Kapolres Bandara Soetta

Kondisi ini harus diatasi dengan pemberian antibiotik dan bedah terbuka secepatnya, untuk mengangkat usus buntu dan membersihkan rongga perut.

Pencegahan 

Meski cara mencegah usus buntu belum diketahui secara pasti, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk menghindari risiko terjadinya usus buntu, yaitu :

  • Meningkatkan asupan makanan sumber serat sehingga frekuensi BAB teratur

  • Minum air putih dalam jumlah yang cukup

  • Mengonsumsi makanan yang mengandung probiotik

  • Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Berita

Tags

Rekomendasi

Terkini

X