Unjuk Rasa di Panggung "Payung Terakhir" Teater Tonggak Ingatkan Kita Akan Kematian

Photo Author
- Minggu, 14 Januari 2024 | 22:41 WIB
Penampilan Teater Tonggak Jambi, dengan judul Payung Terakhir. (istimewa)
Penampilan Teater Tonggak Jambi, dengan judul Payung Terakhir. (istimewa)

Baca Juga: Luar Biasa! Ini 10 Manfaat Minum Teh Setiap Hari untuk Kesehatan Kalian

“Payung bisa menjadi simbol pelindung, simbol keagungan, dan banyak lagi tentunya. Nanti tonton saja di panggung, kalau saya sebutkan semua tidak menjadi kejutan dong,” Tuturnya sembari tersenyum.

Jalannya cerita Payung Terakhir, dimulai adanya arakan pengantin sebagai simbol payung upacara adat.

Arakan itu dibubarkan oleh hujan, lantas dihadirkan tukang ojek payung yang menjajakan jasanya di tengah musim hujan.

Sayangnya dia tidak mendapat perhatian dan tidak satukan warga yang tertarik pada payungnya, hingga lelah dan bertarung melawan hawa dingin.

Baca Juga: Benarkah Kunyit Bisa Menurunkan Kolesterol? Simak Artikel Ini

Lalu para tokoh lain membahas musim hujan yang akan diikuti oleh musim lainnya yaitu Banjir dan tanah longsor.

Lalu pambawa payung memasuki panggung yang menggambarkan, bagaimana drama-drama di dunia nyata, bicara demokrasi seperti koalisi partai serta janji-janji politik.

Dalam permainan simbol payung, Sutradara memperlihatkan bagaimana rakyat turut mengikutinya untuk impian dan harapan yang lebih baik, tetapi kekuatan rakyat lebih besar dari semuanya.

Unjuk rasa yang dibungkus dengan nilai-nilai artistik dan simbol, menyuarakan serta mengingatkan demokrasi ialah dari rakyat untuk rakyat dan oleh rakyat.

Baca Juga: Ternyata, Jeruk Nipis Punya Manfaat Baik untuk Wajah, Simak Nih

Kemudian, Payung kematian tidak ketinggalan dihadirkan di panggung, payung yang tidak diperebutkan seperti payung warna-warni.

Payung yang terkesan malah dihindari, padahal diminta ataupun tidak diminta suka ataupun tidak suka, semua kita akan menggunakan payung itu, karena sifatnya absolut tidak bisa ditawar-tawar, ini merupakan payung terakhir.

Bagian itu, juga memberikan kejutan pada penonton, Didin Siroz hadir di panggung payung terakhir memberikan pesan kematian melalui kata-kata puitis. Disini lagi-lagi pesan tajam untuk direnungkan penonton, kepastian cuma satu yaitu kematian.

Tetapi Didin Siroz selaku pemilik karya sekaligus sutradara masih memberikan pertanyaan dan menyerahkan pada penonton pada penghujung pergelaran.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Putra Kenza

Tags

Rekomendasi

Terkini

Tanam 600 Bibit Jengkol, Ini Harapan PT SAL dan TNBD

Jumat, 26 September 2025 | 17:21 WIB
X