Baca Juga: 9 Cara Menabung yang Tepat: Mengelola Keuangan dengan Bijaksana
Untuk itu, ia mengingatkan semua pihak terkait tentang dampak potensial dari fenomena El Nino.
"Kejadian El Nino itu mengalami pengulangan antara 5 sampai 7 tahun sekali, jadi tidak setiap tahun. Dan dampaknya yang pasti adalah kering dan berdampak pula pada ketersediaan sumber daya air, ketahanan pangan dan sosial ekonomi lainnya," ungkap Dwikorita.
Ia menjelaskan, ancaman El Nino diprediksi puncaknya akan terjadi pada Agustus hingga September mendatang.
Hal ini dikhawatirkan akan berdampak pada ketersediaan air, sehingga berpotensi mengakibatkan kekeringan dan mengganggu ketahanan pangan.
Baca Juga: Rekomendasi Kuliner Legendaris yang ada di Jakarta, ada yang Berdiri Sejak Tahun 58
Untuk itu, pihaknya mengimbau masyarakat agar segera melakukan langkah mitigasi, seperti menghemat air, panen hujan saat terjadi hujan, serta mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
"Ini masyarakat harus mencegah karhutla," tambahnya.
Sementara bagi Pemda dan stakeholders terkait diimbau pula untuk melakukan beberapa langkah mitigasi. Pertama, meningkatkan kesiapsiagaan karhutla. Kedua, penyesuaian pada pola tanam pertanian.
"Khusus untuk poin kedua ini kami meningkatkan Sekolah Lapang Iklim keseluruhan provinsi di Indonesia. Ini program nasional BMKG, sebetulnya sudah dilakukan sejak tahun 2011," kata Tito.
Baca Juga: Kebiasaan Orang Kaya yang Patut Ditiru untuk Sukses dan Kesejahteraan
Lanjutnya, khusus untuk El Nino ini pihaknya tambah anggaran dan kegiatannya Sekolah Lapang Iklim ini agar petani bisa beradaptasi dengan peluang El Nino sehingga bisa mengatur pola tanamnya.
Adapun langkah ketiga yang dapat dilakukan yaitu dengan mengoptimalkan pengelolaan sumber daya air seperti waduk, bendungan, dan embung. ***